Positive Rock Attitude


“Underground mendapat stigma.” ucap Nagar

“Stigma gimana?” Tanya Farid

“Musik underground bisa menyulut keonaran!

Ya wajar, memang faktanya seperti itu.” jawab Nagar

Farid membalas, “Terus siapa yang harus disalahin?”

“Musisi atau pendengar?” saya respon dengan pertanyaan.

Kemudian Farid menjawab, “Salahkan Alkohol!”

Ya, alkohol akan memberikan efek yang berbeda-beda kepada setiap individu, setiap orang yang mengonsumsinya akan menerima reaksi yang berbeda walau dalam kadar dan dari merk yang sama. Tapi, hampir di setiap event musik Underground / Indie, saya selalu menemukan ‘Alkohol’ yang biasanya dikemas dengan ‘plastik hitam’ yang juga merupakan salah satu pemicu keonaran pada setiap event underground.

Pada saat berlangsungnya satu event musik, ada tiga pihak di dalamnya:

1. PANITIA
2. PENGISI ACARA / BINTANG TAMU
3. PENONTON

Dari tiga pihak yang saya bagi diatas, yang kemungkinan besar bisa berada dalam pengaruh alkohol adalah PENGISI ACARA dan PENONTON. Berkaitan dengan pendapat Farid, penyebab dari KEONARAN pada setiap event musik Underground/Indie adalah alkohol yang mempengaruhi PENONTON.

Okay, dalam bahasan ini saya tidak ingin belagak ‘bersih’. Sepanjang riwayat bermain musik atau sebagai PENGISI ACARA dalam suatu event, tak jarang saya dalam pengaruh ALKOHOL. Tapi saya punya argumentasi subjektif. “Selama penampilan saya di panggung, saya tidak pernah melakukan aksi yang provokatif, karena jenis musik yang band saya mainkan pun tidak mengajak penonton untuk ber-moshing ria.” – hal ini jelas bagi semua band -

Pernah satu kali terjadi baku hantam antar penonton dalam satu event di Serang, yang selama event tersebut berlansung saya melihat banyak yang mengonsumsi ‘bungkusan hitam dengan sedotan’ oleh beberapa orang yang memecah dalam beberapa kumpulan (tongkrongan). Saat itu Buckskin Bugle (Bandung) sedang tampil, dan sebagian penonton nampak sedang menikmati dan ber- moshing ria. Namun di tengah pertunjukan terjadi baku hantam antar penonton, akhirnya panitia menghentikan sejenak pertunjukan untuk meredam dan mengamankan penonton yang sedang baku hantam. Setelah diamankan, entah apakah penonton yang diamankan itu sedang dalam keadaan mabuk atau tidak, tapi yang saya tahu Buckskin Bugle tampil tidak dalam pengaruh alkohol.

Baiklah, sedikit saya beri kesimpulan tentang tulisan saya khusus untuk kota ini (Serang –baca). Mabuk atau tidaknya PENGISI ACARA pada setiap event Underground / Indie, belum pernah temukan PENGISI ACARA sebagai penyebab keonaran selama berlangsungnya event tersebut. Dan saya pertegas sedikit, bahwa keberadaan dan pengaruh alkohol dalam kaitan “STIGMA MUSIK UNDERGROUND / INDIE DIKALANGAN MASYARAKAT” adalah ketika alkohol mempengaruhi PENONTON dalam satu event.

Mungkin akan muncul pertanyaan, “Siapa yang harus disalahkan?”

Untuk menjawabnya, bisa kita tanya pada diri kita sendiri! Sudahkah selama ini kita sebagai pemusik dan penikmat musik Underground / Indie melakukan hal-hal yang bisa membuat diri kita mendapat ‘persepsi baik’ atas keberadaan ‘kita’ di masyarakat???

Saya tidak bermaksud mengajak berkompetisi, tapi apakah tidak ada keinginan agar ‘tanda’ underground / Indie yang melekat pada diri kita mendapatkan ‘persepsi baik’ dari masyarakat dan kalangan pemusik non-underground? Sementara, pergerakkan yang sama di kota lain (Bandung & Solo) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat (dalam memposisikan pergerakkan ini di hadapan masyarakat). Mampukah kita melakukannya? -Nagarjuna (4Riot)

3 comments:

  1. jangankan musik underground bli, nonton wayang kulit juga rata-rata penonton di pengaruhi oleh alkohol..

    ReplyDelete
  2. abis mabok enak sih :P hehe
    tapi harus kontrol dong biar ga dikatain kampay

    ReplyDelete

 

Copyright © 2010 Attack City Scene from Serang - Banten, ID. Designed by Jean Martin