Pikir Lebih Dalam

Sudah dengar berita tentang kejadian di Aceh, yang “katanya” menimpa Punk scene di Aceh sana? Saya sendiri belum tahu secara persis seperti apa kejadiannya,siapa yang terlibat, dan siapa yang jadi korban. Sejauh ini saya hanya menerima informasi dari beberapa Media di Internet.
Saya memihak yang mana? Jelas saya NETRAL Tapi melalui tulisan ini saya mencoba untuk menuangkan opini saya terhadap fenomena di Aceh.

Pertama, mungkin saya mulai dari definisi Punk itu sendiri. Secara pribadi saya menjabarkan Punk sebagai bentuk perlawanan, terhadap apapun, namun tetap dengan dasar-dasar yang jelas dan tentu dengan cara yang cerdas. Saya mengambil contoh Jerinx (Superman is Dead) sebagai contoh yang tepat sebagai Punk dengan perlawanan yang cerdas.

Benarkah dia cukup Punk? Seperti apa perlawanan si Jerinx ini?

Pertama, yang saya tahu dia melawan penggunaan plastik secara berlebihan. Saya mulai tahu Jerinx melakukan kampanye ini saat kelas satu SMA, sekitar 2005-an lalu melalui video klip band side project-nya ( maaf saya lupa nama bandnya ). Menurut saya cukup masuk akal ide nya, caranya sederhana yaitu dengan selalu membawa tas belanja sendiri saat berbelanja, dengan begitu penggunaan tas plastik dapat diminimalisir. Perlawanan ini secara nyata sudah Jerinx lakukan dengan tidak menyediakan kantong plastik bagi pelanggan yang berbelanja di Distro RUMBLE miliknya  .

Memang cukup merepotkan, tapi bukankah memang setiap perjuangan butuh pengorbanan?

Kedua, Jerinx bersama SID juga mengampanyekan tentang “bangga dengan bersepeda”. Kampanye yang sangat cocok untuk kondisi bumi saat ini, dimana polusi sudah sangat merajalela. Percayalah, kampanye ini sudah mereka suarakan jauh sebelum trend sepeda fixie merambah Indonesia, kalau tidak salah sejak akhir tahun 2006, bedanya mereka menggunakan sepeda Low Rider. Idenya sederhana dan penuh makna.

Ketiga, Jerinx melakukan 'perlawanan' dengan produk fashion RUMBLE. Fashion? perlawanan hanya melalui penampilan fisik? Apakah itu Punk Cerdas? Ini cara pandang Jerinx mengapa itu bisa disebut Punk Cerdas:
“Saya sudah sangat muak melihat 'keseragaman' di dalam bisnis clothing di Bali/Indonesia. Sudah saatnya ada clothing lokal yang bisa 'lepas' dari konsep 'cool' yang didatangkan dari pusat. Sudah saatnya setiap daerah dan remaja nya punya gaya dan cara pikir mereka sendiri, bukan hasil cuci otak dari pihak yg 'itu-itu' saja.“

Yeah, pemikiran Jerinx memang ajaib!

Oke, dari contoh di atas sudah terlihat jelas bukan mengapa Jerinx layak disebut anak Punk? Mari kita kembali ke kasus Anak Punk di Aceh. Pertanyaan besar saya pada kasus ini adalah, SIAPA YANG MENG-KLAIM 65 ORANG YANG DIGUNDUL ITU ADALAH ANAK PUNK? Apakah karena mereka berambut mohawk? Atau karena mereka jarang mandi? Atau karena mereka selalu berjaket kulit dengan sepatu boots dan fasih berkata 'ngentot'? Kalau memang dasarnya hanya karena penampilan mereka, berarti sangat mudah menjadi 'Anak Punk' ya?

Misal, perbuatan mereka melanggar hukum seperti mengganggu masyarakat yang ada di jalanan, apakah kita sebagai Anak Punk harus tetap membela mereka karena mereka adalah 'Anak Punk' dilihat dari penampilan mereka? Hei hei hei, saya tidak mau jadi 'Anak Punk' kalau pemikirannya sedangkal itu.
Okelah, harus diakui bahwa faktor penampilan itu tidak bisa lepas dari PUNK, tapi saya pribadi menilai bahwa konsep PUNK itu akan luntur bila penampilan tersebut tidak dibarengi dengan karya positif yang ia hasilkan.

Yakinkah kamu fenomena ini bukan akal-akalan media yang ingin mengusik solidaritas para punkers di Indonesia dengan sengaja menyisipkan kata 'Anak Punk dalam beritanya'?
Coba, Pikir Lebih Dalam!!! -Cinyo Hellover

5 comments:

  1. gue gatau siapa yang nulis ini soalnya ga dicantumin penulisnya..tapi tulisan ini sedikit membuka mata saya soal permasalahan punk di aceh..betul juga ya,apa mreka itu betul betul punk atau gembel yg berdandan ala punk.

    ReplyDelete
  2. aku kurang paham soal masalah punk di aceh,karena aku cuma liat infonya dari dunia maya.
    artikel ini sedikit telat,kenapa nda dari kemarin kemarin di keluarin ?
    tapi aku suka artikel ini,frontal tapi beralasan..mudah mudahan tidak berbau propaganda.
    salam dari surabaya

    ReplyDelete
  3. Sebenernya udah dari bulan lalu artikelnya, cuma belum di-publish aja, agak sibuk beneran haha

    ReplyDelete
  4. artikel ini bagus,penulis bisa menjadi penengah kemelut dengan menyisipkan Punk dengan pemikiran "ajaib".
    tapi di endingnya kenapa menyalahkan media ? media hanya memberitakan apa yang diterima dan apa yang didapat.pihak ATTACK CITY tidak riskan mempublish artikel ini ? sedangkan ATTACK CITY sendiri adalah media.
    coba pikir lebih dalam

    ReplyDelete
  5. Mungkin yang dimaksud itu Media Mainstream :D

    ReplyDelete

 

Copyright © 2010 Attack City Scene from Serang - Banten, ID. Designed by Jean Martin